Perum BULOG mempercayakan M. Farid Nor Rohman sebagai narasumber sesi coaching strategis terkait program Optimalisasi Aset Tetap Perusahaan. Kolaborasi ini menjadi bagian dari komitmen BULOG untuk memaksimalkan nilai ekonomi seluruh aset perusahaan dengan semangat yang tercermin dalam slogan mereka: “Optimalisasi Aset?! Pantang Idle.”
Dalam upayanya, Perum BULOG membentuk Unit Bisnis Optimalisasi Aset (UB OPASET) yang berperan aktif sebagai pengelola aset strategis. Program ini mencakup berbagai skema kerja sama pemanfaatan aset seperti Bangun Guna Serah (BGS), Bangun Serah Guna (BSG), Kerja Sama Operasi (KSO), Kerja Sama Usaha (KSU), sewa, hingga swakelola.
Sebagai Penilai Publik yang berlisensi dan berpengalaman, M. Farid Nor Rohman dipercaya untuk memberikan pandangan profesional dan dukungan teknis dalam mengidentifikasi potensi nilai dari aset-aset tersebut. Kolaborasi ini sejalan dengan misi BULOG sebagai perusahaan umum milik negara yang bergerak di sektor logistik pangan dan turut mendukung pemanfaatan aset negara secara produktif dan akuntabel.
Bagi Farid, keterlibatan dalam program optimalisasi aset Perum BULOG bukan sekadar proyek penilaian. Ia melihatnya sebagai bagian dari kontribusi strategis terhadap efisiensi pengelolaan aset negara dan penguatan tata kelola perusahaan milik publik.
“Ketika aset negara hanya dibiarkan idle, sebenarnya kita sedang melewatkan peluang ekonomi yang besar. Optimalisasi bukan hanya tentang menaikkan nilai, tapi memastikan aset berfungsi untuk kepentingan publik dan berkontribusi terhadap kinerja perusahaan,” ujar Farid.

Dalam sesi coaching dan pendampingan teknis yang ia lakukan bersama Perum BULOG, Farid menekankan pentingnya transparansi, kehati-hatian, dan kepatuhan terhadap Standar Penilaian Indonesia (SPI) sebagai landasan kerja profesional.
“Sebagai Penilai Publik, saya bertugas menyampaikan opini profesional secara objektif. Tapi dalam konteks BULOG, saya juga merasa bertanggung jawab menyelaraskan peran itu dengan visi besar negara dalam memaksimalkan manfaat aset strategis,” tambahnya.
Ia juga mengapresiasi keberanian BULOG membentuk unit khusus seperti UB OPASET, karena menurutnya hal itu menjadi bukti bahwa pengelolaan aset yang selama ini terkesan pasif, kini mulai diorientasikan pada nilai tambah, kebermanfaatan, dan kolaborasi jangka panjang.
“Optimalisasi aset tidak bisa dilakukan sendirian. Dibutuhkan kemauan lembaga, kesiapan data, dan kehadiran profesional yang kredibel. BULOG sudah membuka ruang itu, dan saya bersyukur bisa menjadi bagian dari prosesnya,” tutur Farid.
Bagi Farid, pengelolaan aset negara bukan hanya isu teknis, tapi cerminan bagaimana kita memaknai tanggung jawab terhadap sumber daya yang kita miliki bersama.